Darurat Alur Pelabuhan Pulau Baai, Pengerukan Dimulai di Tengah Kritik Publik

Bengkulu – Upaya normalisasi alur Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu yang dilakukan PT Pelindo II menuai sorotan tajam. Penggunaan eksavator dalam tahap awal pengerukan dinilai tidak efektif oleh warganet, mengingat sedimentasi parah yang menyempitkan alur pelayaran dari 50 meter menjadi hanya 12 meter.
Media sosial ramai dengan kritik terhadap pemakaian alat berat darat, yang dianggap kurang tepat untuk menangani masalah kedangkalan laut yang telah menghambat aktivitas kapal barang dan penumpang. Namun, Gubernur Bengkulu, Helmi Hasan, merespons santai. Ia menyebut pengerjaan awal ini sebagai tahap “warming up”.
“Tiga unit alat berat mulai bekerja di pintu alur yang menyempit. Setelah cukup aman, baru kapal penyedot pasir masuk untuk pengerukan utama,” ujar Helmi Hasan pada Senin (7/4).
Helmi juga menegaskan bahwa seluruh proses tetap mengikuti prosedur resmi dengan izin dari Kementerian LHK dan KSOP.
Status Darurat, Pemerintah Bergerak Cepat
Melihat kondisi yang semakin genting, Pemerintah Provinsi Bengkulu menetapkan status darurat untuk alur pelabuhan. Langkah cepat diambil melalui seremoni titik nol pengerukan yang digelar pada Kamis (3/4).
Penjabat Sekda Provinsi Bengkulu, Herwan Antoni, menargetkan tahap awal pengerjaan rampung dalam waktu satu pekan, tergantung kondisi cuaca.
“Kami optimis pengerukan berjalan lancar. Harapannya, Pelabuhan Pulau Baai bisa segera normal kembali,” kata Herwan.
Izin Resmi Terbit, 85 Ribu Kubik Sedimen Diangkat
KSOP Kelas III Pulau Baai telah mengeluarkan Surat Keputusan SK-KSOP.BKS 21 Tahun 2025 yang memberi lampu hijau kepada PT Pelindo untuk pengerukan hingga ±85.000 meter kubik sedimen, dengan kedalaman maksimal -3 meter LWS.
Kepala KSOP Pulau Baai, Muhammad Israyadi, memastikan pengerjaan dilakukan dengan pengawasan ketat, demi menjamin keselamatan pelayaran.
Alat Berat Dikerahkan, Kapal Khusus Siaga
General Manager Pelindo Regional 2 Bengkulu, S. Joko, mengungkapkan bahwa pengerjaan awal melibatkan enam eksavator, tiga wheel loader, enam dumptruck, serta satu kapal pengeruk, Nera 02, yang siap masuk begitu alur aman dilalui.
DPRD Minta Masyarakat Bersabar
Menanggapi pro-kontra yang muncul, anggota DPRD Provinsi Bengkulu, Teuku Zulkarnain, meminta masyarakat bersikap bijak dan memberi waktu pada proses yang tengah berjalan.
“Kita beri kesempatan. Ini untuk kepentingan bersama,” ucapnya.
Pengerukan ini diharapkan menjadi solusi permanen atas krisis alur pelayaran di Pelabuhan Pulau Baai, serta memperkuat posisi Bengkulu sebagai simpul penting logistik dan konektivitas maritim di wilayah barat Indonesia.