Beranda Provinsi Bengkulu Bengkulu Tengah Apakah Festival Tabot Diserahkan ke Pemkot Bengkulu?
Bengkulu Tengah

Apakah Festival Tabot Diserahkan ke Pemkot Bengkulu?

Apakah Festival Tabot Diserahkan ke Pemkot Bengkulu? / foto festival tabot / dok wikimedia commons

Bengkulu – Pengelolaan Pantai Panjang dari Pemprov Bengkulu kepada Pemkot Bengkulu akan segera dilaksanakan. Namun, muncul pertanyaan apakah event tahunan Festival Tabot yang biasanya digelar di kawasan Pantai Panjang juga akan diserahkan kepada Pemkot Bengkulu?

Walikota Bengkulu, Dedy Wahyudi, menegaskan bahwa pengelolaan Festival Tabot tetap berada di bawah Pemprov Bengkulu. Meskipun kegiatan tersebut digelar di Sport Center Kawasan Pantai Panjang, pemkot hanya akan terlibat dalam kolaborasi.

“Untuk Tabot tidak, itu tetap provinsi. Tapi kita tetap akan berkolaborasi dan tempat pusat kegiatannya rencananya di Pantai Panjang, Sport Center,” ujar Dedy.

Pernyataan ini juga didukung oleh Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu, Murlin Hanizar, SP, yang memastikan bahwa pengelolaan Festival Tabot akan tetap menjadi tanggung jawab Pemprov Bengkulu. Meski demikian, pihaknya tetap membuka kesempatan untuk bekerja sama dengan Pemkot Bengkulu dalam penyelenggaraan acara tersebut.

“Festival Tabot pasti kita kolaborasi dengan kota juga dalam hal pelaksanaannya. Kita lihat kebijakan gubernur seperti apa, yang jelas apa pun kebijakan beliau demi kebaikan pasti kita dukung,” kata Murlin.

Sementara itu, Gubernur Bengkulu Helmi Hasan telah menyatakan kesediaannya untuk menyerahkan beberapa aset Provinsi Bengkulu kepada Pemkot Bengkulu. Aset-aset tersebut meliputi Bundaran Fatmawati, Pantai Panjang, Gedung Mess Pemda, dan Kawasan Taman Remaja.

“Silahkan diurus dan dikelola oleh kota, seperti Taman Remaja itu nanti kalau sudah bagus dan ramai, di sana kota bisa mendapatkan sumber PAD. Itu semua saya serahkan ke kota, permanen tanpa batas dan selama-lamanya agar tidak ada cucuk cabut,” jelas Helmi.

Namun, untuk Festival Tabot, Pemprov Bengkulu tetap menjadi pengelola utama meskipun ada keterlibatan dari Pemkot Bengkulu dalam hal pelaksanaan.

Tradisi Tabot di Bengkulu, Sejarah dan Rangkaian Acaranya

Dikutip dari kompascom, Tabot adalah sebuah tradisi yang dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat Bengkulu dalam menyambut Tahun Baru Islam. Tradisi ini juga bertujuan untuk mengenang gugurnya Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW, yang syahid di Padang Karbala saat ditawan oleh Yazid bin Muawiyah di Karbala, Irak.

Sejarah Tradisi Tabot di Bengkulu bermula dari para penganut Syiah yang berasal dari Madras dan Bengali di selatan India. Mereka datang ke Bengkulu sebagai pekerja pembangunan Benteng Marlborough pada tahun 1718–1719. Setelah proyek pembangunan selesai, mereka memilih menetap dan membentuk komunitas yang dikenal dengan nama Berkas di kawasan Kelurahan Tengah Padang, Bengkulu.

Tradisi Tabot yang dibawa oleh pekerja dari Madras dan Bengali ini mengalami akulturasi dengan budaya lokal Bengkulu dan berkembang menjadi tradisi masyarakat setempat yang dilestarikan hingga sekarang. Meskipun tradisi serupa sempat berkembang di Minangkabau dan Aceh, hanya Bengkulu yang masih melestarikannya hingga saat ini.

Rangkaian Acara Tradisi Tabot

Rangkaian acara Tabot di Bengkulu berlangsung selama sepuluh hari, dimulai dari 1 Muharram hingga 10 Muharram dalam sebuah festival kebudayaan. Berikut ini sembilan rangkaian acara Tradisi Tabot:

  1. Mengambik Tanah: Mengambil tanah dari tempat yang dianggap keramat.
  2. Duduk Penja: Mencuci benda berupa Penja yang terbuat dari logam seperti kuningan, perak, atau tembaga dan berbentuk tangan manusia lengkap dengan jari-jarinya.
  3. Meradai: Dilakukan pada 6 Muharram, berupa pengumpulan dana dari masyarakat yang dilakukan oleh Jola (anak-anak berusia 10–12 tahun).
  4. Menjara: Mengunjungi kelompok lain untuk bertanding dol (alat musik sejenis beduk).
  5. Arak Penja: Mengarak Penja keliling Kota Bengkulu.
  6. Arak Sorban: Mengarak Penja yang diberi sorban putih diletakkan pada Tabot kecil.
  7. Gam: Masa tenang tanpa kegiatan apapun.
  8. Arak Gedang: Dilaksanakan pada 9 Muharram, dimulai dengan pelepasan Tabot Bersanding.
  9. Tabot Tebuang: Penutupan acara pada 10 Muharram, di mana Tabot dibuang sebagai simbolisasi pembersihan dari segala marabahaya.

Tradisi Tabot ini kini tidak hanya menjadi ritual keagamaan, tetapi juga bagian dari festival budaya yang menarik wisatawan. Prosesi yang diselenggarakan tiap tahun ini tetap dipertahankan oleh masyarakat Bengkulu sebagai bentuk pelestarian budaya dan sejarah.

Sebelumnya

Pengemis di Bengkulu Gunakan Modus Foto Orang Sakit

Selanjutnya

Kinerja Bank Bengkulu 2024 Tumbuh Signifikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berpendapat
advertisement
advertisement